Senin, 22 Juli 2013

Merapi Mengeluarkan Hujan Abu

tutusberita : BANDUNG, suara merdeka.com - Lebih dari satu jam, Gunung Merapi, Magelang mengeluarkan guguran pada Senin (22/7) shubuh. Gumpalan asap berwarna coklat kehitaman keluar dari arah puncak gunung yang pernah meletus hebat pada 2010 itu. Akibat kejadian tersebut, sejumlah kawasan terlanda hujan abu.
"Antara Pukul 04.22 hingga 05.35 Wib terjadi guguran yang terdengar dari Pos Kaliurang. Lontaran material berwarna merah hingga ketinggian 1.000 meter dari puncak Merapi teramati dari Pos Selo, Boyolali," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Berdasarkan laporan, hujan abu dan pasir halus terjadi di wilayah Deles, Tlogowatu, Kemalang, Balerante, Klaten di Jawa Tengah. Hujan abu juga turun di sekitar Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen di daerah Cangkringan, Kaliurang Sleman Yogyakarta. Sebaran hujan abu mencapai 7-14 km dari puncak Merapi ke arah Klaten dan Sleman.
Hujan abu juga telah menyebabkan kepanikan warga. Ratusan warga di Kemalang Klaten mengungsi ke Kantor Kecamatan Kemalang dan di daerah Bawukan. Warga lainnya di cangkringan mengungsi ke balai desa glagah harjo.
"Meski demikian, sebagian besar pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing," tandasnya.
Kelompok rentan seperti lansia, ibu menyusui dan anak-anak disebutkan masih bertahan di Balai Desa Glagahharjo. Warga asal Desa Jrakah Boyolali yang semula mengungsi ke desa terdekat sudah kembali ke rumahnya.
Di Magelang, masyarakat di sekitar kaki Merapi hanya keluar rumah begitu suara gemuruh gunung Merapi.
Dijelaskan, BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Jawa Tengah, BPBD Provinsi Yogyakarta, BPBD Klaten, BPBD Sleman, BPBD Magelang, BPBD Boyolali, BPPTKG, dan PVMBG Badan Geologi.
"Kepala BPPTKG dan PVMBG menyatakan bahwa status Gunung Merapi masih Normal. Aktivitas Merapi akan dievaluasi apakah aktivitas akan berlanjut ke erupsi magmatik atau tidak. Pemantauan akan diintensifkan. Masyarakat diimbau tetap tenang dan selalu siapsiaga," jelas Sutopo.
Dia menegaskan gelagat gunung api mempunyai kecenderungan sifat slow on set. Artinya bencana tidak terjadi secara tiba-tiba dan dapat diprediksikan.

Bisnis.com, JAKARTA - Pada Senin (22/7/2013) pukul 04.22 hingga 05.35 terjadi guguran yang terdengar dari Pos pengamatan Merapi di Kaliurang. Gumpalan asap berwarna coklat kehitaman, lontaran material berwarna merah hingga ketinggian 1.000 meter dari puncak Merapi terlihat dari Pos Selo, Boyolali.

Berdasarkan keterangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hujan abu dan pasir halus terjadi di wilayah Deles, Tlogowatu, Kemalang, Balerante, Klaten di Jawa Tengah.

Hujan abu juga terjadi di sekitar Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen di daerah Cangkringan, Sleman Yogyakarta. Hujan abu hingga 7-14 km dari puncak Merapi mengarah ke Kabupaten Klaten dan Sleman.

Kepala BPPTKG dan PVMBG menyatakan status Gunung Merapi masih normal. Aktivitas Merapi akan dievaluasi apakah aktivitas akan berlanjut ke erupsi magmatik atau tidak. Pemantauan akan diintensifkan. "Masyarakat dihimbau tetap tenang dan selalu siapsiaga," kata Sutopo.


Perlu diketahui, status aktivitas gunungapi memiliki 4 tingkatan yaitu normal aktif, waspada, siaga, dan awas. Gunung api umumnya memiliki sifat slow on set. Artinya, bencana tidak terjadi secara tiba-tiba dan dapat diprediksikan.

 Senin, 22 Juli 2013 08:38 wib

Petugas PGM Kaliurang mengamati aktivitas Gunung Merapi (Foto: Ridho Hidayat/Koran Sindo)
SLEMAN - Abu vulkanik disertai gas keluar dari puncak Gunung Merapi dengan ketinggian mencapai 1.000 meter.

Berdasarkan pantauan dari Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, asap sulvatara keluar dan mengarah ke sisi selatan Gunung Merapi.

Pecut, petugas (PGM) Kaliurang, menjelaskan, embusan tersebut selesai keluar pada pukul 05.00 WIB. Saat ini, kondisinya sudah normal.

“Embusan satu kali saja, dari pukul 04.15 WIB sampai 05.00 WIB. Saat ini memang masih terjadi hujan abu yang dibawa asap sulvatara,” jelasnya, Senin (22/7/2013).

Closed circuit television (CCTV) milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang berada di Woro dan Deles, berjarak 6,5 kilometer dari puncak Merapi, tidak bisa mengamati aktivitas di puncak karena tertutup oleh abu Merapi.

Sementara itu, masyarakat di lereng Merapi, khususnya yang mendiami sisi selatan gunung masih menggunakan masker.








Intensitas hujan abu sudah mulai mereda, seperti foto yang di bawah ini di abadi kan beberapa jam yang lalu.


Klaten - Ratusan warga lereng di Desa Balairante Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah kembali ke rumah masing-masing setelah sempat mengungsi akibat hujan abu Gunung Merapi.

Sugeng (45) warga Dukuh/Desa Balairante, Kemalang Klaten mengatakan bahwa puluhan warga Balairante yang sempat mengungsi ke bawah sejauh lima kilometer dari kampungnya, sudah kembali ke rumah masing-masing Senin (22/7/2013) sekitar pukul 09.00 WIB.

Dia mengatakan, warga hingga saat ini, masih enggan pergi bekerja ke ladang, dan mereka hanya di rumah masing masing. jaga-jaga jika ada suara gemuruh susulan seperti pada Senin pagi pada pukul 04.25 WIB.

Warga di Desa Balerante berlarian mengungsi ke bawah karena mereka mendengar suara gemuruh cukup keras dari puncak Merapi usai sahur.

Ratusan warga dari tiga desa yakni Sidomulyo, Balairante, dan Tegalrejo berlarian karena takut suara gemuruh keras dari puncak Merapi, setelah imsyak.

"Warga khawatir kemudian turun ke bawah karena mereka tidak melihat puncak merapi saat suara gemuruh terdengar keras dari pemukiman penduduk," kata salah satu relawan Merapi, Sukirman, warga Desa Sidomulyo Kemalang.

Dia mengatakan, sempat terdengar suara gemuruh dari puncak kemudian disusul kilat-kilat yang samar-samar karena tertutup oleh kabut tebal.

"Hujan abu terjadi di ketiga desa itu, tetapi hanya tipis. Jika saat Merapi terdengar suara gemuruh puncaknya tidak tertutup kabut tebal kemungkinan warga tidak berlarian turun menjauh dari puncak," katanya.

Dia pun mengimbau warga di lereng Merapi tetap waspada dan jika ada kejadian susulan lagi dari puncak Merapi. "Warga lereng Merapi di Kemalang ini, mereka sudah siap siaga jika sewaktu-waktu terjadi mereka langsung menyelamatkan diri ke bawah. Mereka mengetahui tanda-tandanya jika harus mengungsi atau tidak," kata Sukirman yang terus memantau kondisi puncak.

kaskus.co.id

0 komentar:

Posting Komentar