Minggu, 10 November 2013

Brigade 49, pasukan elite Inggris kocar-kacir di Surabaya

tutusberita :
Brigade 49 dari Divisi V bisa dibilang pasukan kebanggaan Inggris. Mereka dijuluki "Fighting Cock". Tapi dalam pertempuran berdarah di Surabaya pada November 1945, nyaris kalah dari arek-arek Suroboyo.

Saat pasukan Inggris datang ke Indonesia, sudah ada dua jendral tewas dan dimakamkan di Jakarta. Dua jenderal itu adalah Brigjen Robert Guy Loder Symonds dan Mallaby yang kini makannya berada di Commonwealth War Cemetary, Menteng Pulo, Jakarta Pusat.

Sebelum bergerak ke Surabaya, sepak terjang pasukan ini dikenal menakutkan. Pasukan elite ini berhasil merebut satu per satu wilayah Burma pada 1944, dengan sistem gerilya hutan. Tapi di Surabaya, pasukan kebanggaan inggris mendapat perlawanan berbeda.

Arek-arek Suroboyo yang nekat masuk ke pos-pos Inggris berhasil meledakkan granat. Mungkin inilah yang menjadi ketakutan Brigade 49 untuk 'menduduki' Surabaya. Dalam kondisi rusak mental inilah, pasukan Brigade 49 mulai teriak-teriak ke markas mereka di Jakarta bahwa mereka sudah terdesak.

Brigade 49 dikenal rapi menyimpan isu kekalahan Inggris atas Indonesia. Berita kekalahan ini tidak popular. Bahkan pemimpin di Jakarta juga tidak begitu mengetahui perkembangan perang di Surabaya. Kala itu para pimpinan di Jakarta meremehkan perlawanan orang Surabaya, dan beranggapan bahwa perang akan dimenangkan oleh Inggris.

Panglima Admiral Heifrich akhirnya menemui Presiden Soekarno. Heifrich mengakui sendiri dalam buku biografinya, keputusan untuk menghentikan perang satu-satunya hanya pada Presiden Soekarno.

Apa yang dilakukan Heifrich kali ini diperhatikan sangat aneh untuk watak Inggris yang amat ksatria. Karena saat ultimatum, Inggris sempat menganggap Pemerintahan Republik Indonesia tidak ada, lantas setelah pasukan Brigade 49 sudah kalah dan terjepit ia minta tolong pada Soekarno.

Di sini kesalahan Soekarno paling fatal. Dia masih termakan bujuk rayuan bahwa sekutu adalah pihak yang menang perang dan merupakan alat yang baik untuk berdiplomasi dengan Belanda. Soekarno sebenarnya tidak paham mengenai kekuatan bangsanya sendiri. Dia tidak langsung melihat pertempuran, jalan diplomatiknya yang dipilih merupakan blunder besar dalam perang Kemerdekaan 1945 sampai 1949.

Pelajaran dari sejarah ini adalah ketika kita sudah pada situasi perang, janganlah kita hentikan dengan diplomasi, janganlah kita memberikan tempat pada lawan.


sumber : merdeka.com

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Agen Togel Online Terbesar Dan Terpercaya Dengan Pelayanan Sopan dan Tercepat.. Bolavita Merupakan Agen Togel Online Dengan Memberikan Potongan Angka Yang Besar,, Jangan Tunggu lagi Teman" Untuk Bergabung Bersama Bolavita..

Register Free, Ayuk Hubungi >>

• Sabung Ayam
• Bola
• Tangkas
• Casino
• Tembak Ikan
• Poker
• SLOT (Play1628)
• WM Casino

Indo Lebih Lanjut dapat Hub >> www(.)bolavita(.)site

BBM: Bolavita
WA: +62812-2222-995
Line: cs_bolavita

https://bolavitasport.news/2019/01/22/prediksi-bola-getafe-vs-valencia-23-januari-2019/

Posting Komentar